Notification

×

Kategori Berita

Tags
SANTIAJI

ANDI WAHDA

Indeks Berita

Tag Terpopuler

150 Siswa MAN 2 Soppeng Lulus Penguatan Moderasi Beragama, Perkenalkan Konsep Baru “Artificial Moderasi”

Kamis, 04 September 2025 | September 04, 2025 WIB Last Updated 2025-09-04T13:54:28Z
Okita.News, - SOPPENG -Sebanyak 150 siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Soppeng resmi dinyatakan lulus dalam kegiatan Penguatan Moderasi Beragama yang digelar di Aula PKM MAN 2 Soppeng, rabu, 03/09. Kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam upaya membentuk generasi muda yang toleran, inklusif, dan berkarakter moderat, baik di dunia nyata maupun di era digital.

Acara ini dibuka langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Soppeng, H. Afdal, S.Ag., MM., yang dalam sambutannya memperkenalkan istilah baru hasil gagasannya sendiri "Artificial Moderasi". Konsep ini, menurut H. Afdal, merupakan pendekatan baru yang mengintegrasikan nilai-nilai moderasi beragama dalam pola pikir dan perilaku generasi muda, khususnya di era teknologi dan informasi.

“Artificial Moderasi adalah upaya untuk menginternalisasi sikap moderat dalam setiap lini kehidupan, termasuk dalam cara bersosial di dunia digital,” ujarnya.

Dalam arahannya, H. Afdal juga menekankan pentingnya empat pilar utama dalam moderasi beragama, Tawassuth (bersikap tengah), Tasamuh (toleransi), Tawazun (seimbang), dan I’tidal (adil dan konsisten). Pilar-pilar inilah yang diharapkan menjadi fondasi karakter siswa sebagai agen perdamaian di lingkungan mereka masing-masing.

Menambah semarak kegiatan, hadir sebagai narasumber utama Nurdin, S.Ag., M.Pd., Ketua II Pokjawas Provinsi Sulawesi Selatan yang telah tersertifikasi Training of Trainer (TOT) Moderasi Beragama. Dengan gaya mengajar yang interaktif dan menyenangkan, Nurdin berhasil menciptakan suasana belajar yang aktif dan partisipatif melalui diskusi terbuka dan permainan edukatif.
Kegiatan ini juga menjadi implementasi nyata dari program Asta Cita Kementerian Agama, yang menargetkan agar seluruh siswa madrasah tidak hanya memahami, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai moderasi dalam kehidupan sehari-hari.

Di sesi akhir, para siswa tidak hanya menerima teori, tetapi juga melakukan praktik langsung penerapan nilai-nilai moderasi dalam simulasi kehidupan nyata. Momen ini menjadi puncak kegiatan yang menandai kesiapan mereka menjadi agen toleransi dan perdamaian di tengah keberagaman masyarakat Indonesia.
display this